Selasa, 18 Oktober 2011

Laporan Semester Produksi Ternak Unggas


I.PENDAHULUAN



1.1              Latar Belakang


Ayam merupakan unggas yang sudah cukup familiar dengan kehidupan kita, produk-produk makanan dan lauk pauk yang berbahan dasar ayam banyak ditemukan di sekitar kita dan banyak digemari. Boleh dikatakan ayam dengan berbagai variannya seperti daging dan telur telah menjadi kebutuhan pokok hidup kita sehari-hari.
Peternakan di Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yangsangat pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnyakebutuhan masyarakat akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhanakan daging mempunyai prospek ke depan yang baik, maka ternak yang ideal untuk dikembangkan adalah temak unggas. Untuk itu diperlukan pakan yang berkualitas demi tercapainya produksi daging yang berkualitas.
Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan yang disusunsedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Ransum dapat dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh kebutuhannutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut bagiternak. Ransum yang berkualitas baik berpengaruh pada proses metabolismetubuh ternak sehingga ternak dapat menghasilkan daging yang sesuai denganpotensinya. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam formulasi ransum ayambroiler adalah kebutuhan protein, energi, serat kasar, Ca dan P. Komponen nutrientersebut sangat berpengaruh terhadap produksi ayam broiler terutama untuk pertumbuhan dan produksi daging. Kebutuhan nutrien ransum digunakan ternak untuk hidup pokok dan produksi.




1.2              Tujuan dan Manfaat


            Adapun tujuan dari praktikum Produksi Ternak Unggas ini yaitu mempersiapkan kandang untuk tempat pemeliharaan anak ayam untuk ayam broiler yang sedang tumbuh sebelum kandang tersebut dipergunakan, menyediakan peralatan yang diperlukan untuk setiap faseumur pemeliharaan, melakukan pemeliharaan dari sejak DOC sampai ayam tersebut diafkir atau dipanen, mencegah penyakit yang sering terjadi pada ternak unggas baik melalui vaksinasi, sanitasi kandang, pemberian vitamin atau obat-obatan dan menangani hasil produksi ternak unggas untuk persiapan pemasaran berupa ayam hidup atau mati.
Praktikum ini juga bermanfaat agar para praktikan dapat mengetahui cara-cara dalam melakukan pemeliharaan ayam broiler mulai dari fase starter hingga periode finisher sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.























II.TINJAUAN PUSTAKA



               Ayam yang masih berumur rendah/muda, tingkat konsumsinya juga masih rendah. Sedangkan pada ayam yang berumur tinggi, maka tingkat konsumsinya juga akan tinggi, pertambahan bobot badan tergantug dari banyak pakan yang dikonsumsi dan factor lingkungan. (Anggorodi, 1995)
Lokasi yang dipilih untuk peternakan harus tersedia sumber air yang cukup, terutamapada musim kemarau. Air merupakan kebutuhan mutlak untuk ayam karenakandungan air dalam tubuh ayam bisa mencapai 70%. Jumlah air yangdikonsumsi ayam bergantung pada jenis ayam, umur, jenis kelamin, berat badan ayam dan cuaca.( Fadilah, 2004 )
Jenis litter yang sering digunakan adalah sekam dan serbuk gergaji. Litter harus selalu dijaga agar tetap kering dan bersih. Litter yang basah dapatmeningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat berkembang biak berbagai penyakit, dan menyebabkan bulu kotor (Fadilah, 2004).
Konversi ransum didefinisikan sebagai banyaknya ransum yang dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot badan. Angka konversi ransum yang kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit.( Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Pertumbuhan yang paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu,kemudian mengalami penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Ayam broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen padaumur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging.(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
Ayam broiler memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihannya adalahdagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi,efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadidaging dan pertambahan bobot badan sangat cepat sedangkan kelemahannyaadalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987).
Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Perbedaan suhu antara siang dan malam hari cukup tinggi berkisar antara 3 – 5° C dengan kisaran suhu 26 – 32° C, sedangkan suhu optimal untuk pemeliharaan broiler agar dapat berproduksi dengan baik adalah 21 – 22° C ( North dan Bell, 1990 )
Teknologi peternakan memberikan istilah broiler pada ayam yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri yang khas antara lain pertumbuhannya cepat, sebagai penghasil daging dengan konversi  makanan rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. ( Priyatno, 2000 )
Selama cuaca panas, unggas harus dijauhkan dari ransum sementara karena suhu akan meningkat dan mencapai puncaknya.  Pemberian ransum pada jam-jam awal dan akhir dari hari terang akan membantu mengurangi kematian pada broiler.( Rao, Nagalashmi, dan Redy, 2002)
Pemilihan lokasi perkandangan bagi ayam broiler sebaiknya harus strategis. Dalam arti harus dekat dengan sumber air dan tidak ditempat keramaian, karena dapat membuat ayam stress dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler tersebut. Apabila ayam stress maka kan mengakibatkan pertumbuhan yang terhambat dan akan menimbulkan kerugian bagi para peternak.(Rasyaf, 2000)
Ayam broiler telah dikenal masyarakat dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen. Ayam yangdipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih dan cepat tumbuh(Rasyaf, 2008).
Ransum adalah bahan ransum ternak yang telah diramu dan biasanyaterdiri dari berbagai jenis bahan ransum dengan komposisi tertentu. Pemb
erianransum bertujuan untuk menjamin pertumbuhan berat badan dan menjaminproduksi daging agar menguntungkan (Sudaro dan Siriwa, 2007).
Pemberian ransum dapat dilakukandengan cara bebas maupun terbatas. Cara bebas, ransum disediakan ditempatpakan sepanjang waktu agar saat ayam ingin makan ransumnya selalu tersedia.Cara ini biasanya disajikan dalam bentuk kering, baik tepung, butiran, maupunpelet. Penggantian ransum starter  dengan ransum finisher sebaiknya tidak dilakukan sekaligus, tetapi secara bertahap. Hari pertama diberi ransum starter 75% ditambah ransum finisher 25%, pada hari berikutnya diberi ransum starter 50% ditambah ransum finisher 50%, hari berikutnya diberi ransum starter 25% ditambah ransum finisher  7 5% dan hari terakhir diberi ransum finisher ( Sudaro dan Siriwa, 2007 )
Semakin bertambah umur ternak, maka tingkat konsumsi akan semakin bertambah dan dengan bertambahnya konsumsi akan meningkatkan PBB ternak. (Tilman, 1989)
Pertumbuhan adalah suatu penambahan jumlah protein dan mineral yangtertimbun dalam tubuh. Proses pertumbuhan tersebut membutuhkan energi dansubstansi penyusun sel atau jaringan yang diperoleh ternak melalui ransum yangdikonsumsinya (Wahju,1992).
Konsumsi pakan pada ternak dapat mempengaruhi peningkatan bobot badan pada ternak itu sendiri, dari segi kesehatan juga dapat mempengaruhi peningkatan bobot badan ayam. (Winarno, 2000)


III.MATERI DAN METODA



3.1 Waktu Dan Tempat


Adapun pelaksanaan praktikum Produksi Ternak Unggas ini dilaksanakan pada Minggu, Mei-Juni 2011 pukul 07.00 s/d selesai yang bertempat di Kandang Percobaan Fakultas Peternakan Universitas Jambi.



3.2 Materi


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Produksi Ternak Unggas ini yaitu ayam broiler, pakan, minum, vitamin, vaksin ND, tempat pakan, tempat minum, kandang, serbuk gergaji sebagai litter, koran dan timbangan.



3.3 Metoda


Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum Produksi Ternak Unggas ini yaitu sejak anak ayam umur 1 hari dipelihara sampai umur 35 hari. Pada hari ke- 3 DOC divaksinasi dengan tetes mata untuk menghindari ternak dari serangan penyakit. Ternak ayam dipelihara dengan selalu memberikan pakan dan minum secara ad libitum ( terus-menerus ) dan dihitung konversi pakan untuk mendapatkan pertambahan bobot badan setiap minggunya.









IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rasyaf, ( 2008 ) yang menyatakan bahwa ayam broiler telah dikenal masyarakat dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen. Ayam yangdipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih dan cepat tumbuh.
Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia.           
            Brooder house yaitu kandang yang khusus dipergunakan untuk memelihara anak ayam. Kandang khusus untuk anak ayam ini dibuat bila jumlah anak ayam dalam skala besar, sedangkan bila jumlah anak ayam yang dipelihara dalam skala kecil bisa digunakan box anak ayam. Kandang anak ayam ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menjamin ventilasi udara yang segar dan lancar, serta lantainya mudah dibersihkan dan tidak lembab. Bila lantai pemeliharaan lembab, akan timbulpenyakit cacing dan timbul macam-macam penyakit lainnya. Sehubungan dengan hal ini, maka kandang anak ayam ini lantainya sebaiknya ditembok berlapis semen agar mudah dibersihkan. Bahan liter yang seringdipergunakan biasanya sekam padi dengan ketebalan 5 – 7,5 cm. Tidak menggunakan litter yang telah terkena insektisida, jamur dan bahan kimia lain yang membahayakan. Litter jangan terlalu kering, kelembaban litter yang baik yaitu sekitar 25%. Kandang harus bersih sebelum dipergunakan, litter bekas pemeliharaan harus dijauhkan dari kandang. Hal tersebut diatas sesuai dengan pendapat Fadilah, ( 2004 ) yang menyatakan bahwa jenis litter yang sering digunakan adalah sekam dan serbuk gergaji. Litter harus selalu dijaga agar tetap kering dan bersih. Litter yang basah dapat meningkatkan kandungan amonia, menjadi tempat berkembang biak berbagai penyakit, dan menyebabkan bulu kotor
Tempat makan atau minum ini dibuat khusus untuk anak ayam, bisa dibuat dari bahan yang sangat sederhana yang dilengkapi dengan Lingkaran pembatas yang dimaksudkan untuk menjaga agar anak ayam terkonsentrasi pada daerah tempat makan dan minum. Tinggi lingkaran pembatas ini sekitar 45 cm dan ditempatkan sekitar satu meter dari ujung induk buatan. Setelah anak ayam tahu sumber pemanas, pada hari ke 3 sudah bisa diperluas dan biasanya chickguard digunakan sampai anak ayam berumur 6 – 9 hari.
            Persiapan kandang untuk broiler fase pertumbuhan, pada dasarnya sama seperti persiapan untuk pemeliharan anak ayam. Perbedaannya terletak pada tempat makan dan minum yang ukurannya lebih besar. Fase pertumbuhan pada broiler berkisar antara umur 3 – 6 minggu. Pada pemeliharaan broiler skala besar atau kecil, umumnya dari mulai anak ayam sampai dipanen tetap pada kandang yang sama hanya ukuran luas kandang yang dipakai lebih luas. Untuk broiler (umur 3 – 6 minggu), kandang dan peralatan tidak perlu dipersiapkan kembali tetapi dilanjutkan sampai ayam tersebut dipanen. Artinya pemeliharaan ayam broiler tetap dikandang yang sama dari mulai DOC sampai dipanen.
            Pada pemeliharaan ternak unggas pada umumnya dibagi tiga fase pemeliharaan berdasarkan umurnya yaitu pemeliharaan fase starter, fase pertumbuhan dan fase produksi. Ayam pedaging atau broiler dimulai dari umur satu hari sampai dengan umur tiga minggu. Cara-cara pemeliharaan pada anak ayam broiler dari umur satu hari sampai bulunya tumbuh sempurna.
            Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa pemeliharaan starter untuk ayam pedaging (broiler) dimulai dari umur satu hari sampai 3 minggu. Oleh karena itu, ransumnya perlu diganti dari ransum starter (energi 3200 kkal/kg, protein 23 %) dengan ransum finisher (energi 3000 kkal/kg, protein 20%). Penggantian ransum ini sebaiknya tidak dilakukan secara sekaligus, tetapi dilakukan secara bertahap. Mula-mula diberi ransum starter 75 % ditambah ransum finisher 25 %, kemudian pada hari berikutnya diberi ransum starter 25 % ditambah ransum finisher 75 % dan pada hari berikutnya diberi ransum finisher seluruhnya. Bila tidak dilakukan seperti ini biasanya ayam makan agak berkurang untuk beberapa hari dan dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan. Tempat ransum/air minum harus dibersihkan dulu sebelum kita memberi makan/minum pada pagi harinya. Waktu pemberian ransum biasanya dilakukan secara rutin pada jam 07.00 s/d jam 08.00 pagi dan siang hari jam 14.00.
            Pemeliharaan ayam pedaging (broiler) pada fase pertumbuhan, hampir sama dengan pemeliharaan fase sebelumnya, yang berbeda yaitu tempat ransum
dan air minum diperlukan tempat yang kapasitasnya lebih besar dan penggunaan kandang yang lebih luas. Litter tempat pemeliharaan dijaga agar tetap kering dan bila basah karena ada air tumpah harus segera dibuang dan diganti. Litter juga bisa menjadi basah bila kandang terlalu padat, untuk mengatasinya maka litter perlu diganti dengan litter baru disertai dengan mengurangi kepadatannya dan ventilasi kandang ditingkatkan.
Dalam memelihara ayam pedaging tidak perlu dipisahkan antara jantan dan betinanya kecuali kalau ada pesanan khusus. Dalam setiap kandang tidak dibenarkan memelihara ayam yang berbeda umurnya. Pada broiler (ayam pedaging) ayam sudah bisa dipanen sekitar umur 5 – 6 minggu dengan berat
rata-rata 1,3 – 1,5 kg. Pada fase starter, ayam broiler sampai umur 35 hari dapat dilakukan panen untuk dapat dijual pada konsumen.
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Alas lantai/litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi/sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3–5 cm untuk pengganti kulit padi/sekam.
            Ternak yang dipelihara haruslah memenuhi persyaratan yaitu  ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya, pertumbuhan dan perkembangannya normal, ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya dan tidak ada lekatan tinja di duburnya.
Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit/DOC (Day Old Chicken)/ayam umur sehari yaitu Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat, Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya, tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya, anak ayam mempunyak nafsu makan yang baik, ukuran badan normal, ukuran berat badan antara 35-40 gram, tidak ada letakan tinja diduburnya. Perawatan Bibit dan Calon Induk dilakukan setiap saat, bila ada gejala kelainan pada ternak supaya segera diberi perhatian secara khusus dan diberikan pengobatan sesuai petunjuk Dinas Peternakan setempat atau dokter hewan yang bertugas di daerah yang bersangkutan.
            Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar 4%, Kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9%, ME 2800-3500 Kcal. Kuantitas pakan terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43 gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur 22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada umur 4 minggu sebesar 1.520 gram.
            Kualitas dan kuantitas pakan fase finisher adalah kualitas atau kandungan zat gizi pakan terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energi (ME) 2900-3400 Kcal. kuantitas pakan terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu: minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129 gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur 51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah 3.829 gram.
Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam yang dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu, yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor, minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
Pada pemeliharaan kandang yang diutamakan adalah kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang dipelihara.
Kondisi Teknis yang Ideal yaitu Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat, pergantian udara dalam kandang, ventilasi kandang harus baik, kemudahan mendapatkan sarana produksi, lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.
dan suhu udara dalam kandang.
Ayam bernapas membutuhkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Supaya kebutuhan oksigen selalu terpenuhi. Suhu ideal kandang sesuai umur adalah :
Umur (hari)
Suhu ( °C )
01 - 07
34 - 32
08 - 14
29 - 27
15 - 21
26 - 25
21 - 28
24 - 23
29 - 35
23 - 21

Ayam dipelihara secara intensif hingga ayam berumur 35 hari dengan pembiakan pakan komersil. Setiap minggunya ayam ditimbang dan dilihat pertambahan bobot badannya. Berikut ini tabel Pertambahan Bobot badan :

Tabel 1. Pertambahan Bobot Badan (PBB) Minggu I
Kode ayam
Bobot awal (gr)
Bobot akhir (gr)
PBB (gr)
1
2
3
4
5
46
41
49
41
44
198
194
173
178
184
152
153
124
137
140

Tabel 2. Pertambahan Bobot Badan (PBB) Minggu I (setelah ada kematian)
Kode ayam
Bobot awal (gr)
Bobot akhir (gr)
PBB (gr)
1
2
4
5
198
194
178
184
212
209
196
195
14
15
18
11




Tabel 3. Pertambahan Bobot Badan (PBB) Minggu II
Kode ayam
Bobot awal (gr)
Bobot akhir (gr)
PBB (gr)
1
2
4
5
212
209
196
195
534
444
542
509
322
235
346
314

Tabel 4. Pertambahan Bobot Badan (PBB) Minggu III
Kode ayam
Bobot awal (gr)
Bobot akhir (gr)
PBB (gr)
1
2
5
534
444
509
1124
855
1002
590
411
493

Tabel 5. Pertambahan Bobot Badan (PBB) Minggu IV
Kode ayam
Bobot awal (gr)
Bobot akhir (gr)
PBB (gr)
1
2
3
5
1124
855
794
1002
1698
1024
821
1436
574
169
27
434

Tabel 6. Pertambahan Bobot Badan (PBB) Minggu V
Kode ayam
Bobot awal (gr)
Bobot akhir (gr)
PBB (gr)
1
2
3
5
1698
1024
821
1436
2048
1603
974
1826
350
579
153
390

Hal ini sesuai dengan pendapat Winarto (2000) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan pada ternak dapat mempengaruhi peningkatan bobot badan pada ternak itu sendiri, dari segi kesehatan juga dapat mempengaruhi peningkatan bobot badan ayam.Sesuai dengan pendapat tilman (1989) yang menyatakan bahwa semakin bertambah umur ternak, maka tingkat konsumsi akan semakin bertambah dan dengan bertambahnya konsumsi akan meningkatkan PBB ternak.
               Pada minggu ke 4, peningkatan bobot badan ayam semakin meningkat. Kecuali pada ayam B.9.4 yang pertambahan bobot badannya sangat lambat. Ini dikarenakan mungkin ayam mengalami gangguan pertumbuhan seperti stress atau sakit selama pemeliharaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2000) yang menyatakan bahwa pemilihan lokasi perkandangan bagi ayam broiler sebaiknya harus strategis. Dalam arti harus dekat dengan sumber air dan tidak ditempat keramaian, karena dapat membuat ayam stress dan dapat mempengaruhi pertumbuhan ayam broiler tersebut. Apabila ayam stress maka kan mengakibatkan pertumbuhan yang terhambat dan akan menimbulkan kerugian bagi para peternak.
               Penimbangan bobot badan ayam yang terakhir dilakukan ialah pada minggu ke 5. Pada minggu ke 5 ini, PBB ayam yang terendah terdapat pada ayam B.9.2 Sedangkan pada PBB tertinggi yaitu terdapat pada ayam B.9.1469. Dari minggu ke minggu peningkatan bobot badan ayam ini bervariasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi yaitu kemampuan bersaing antar ayam tersebut. Jika ayam tersebut dapat bersaing dengan baik dalam mengkonsumsi pakan, maka ayam dapat tumbuh dengan besar dan sebaliknya.
               Selain kita dapat mengetahui pertambahan bobot badan ayam, maka kita juga perlu mengetahui konsumsi pakan pada ayam tersebut. Berikut ini adalah hasil dari konsumsi pakan yang telah didapat :
Table 7. konsumsi pakan
Minggu ke-
Pakan yang diberikan (gr)
Pakan sisa (gr)
Konsumsi pakan (gr)
1
2
3
4
5
1000
317
3000
2903
3316

317
242
903
616
149

683
75
2097
2287
3167


               Dari tabel konsumsi diatas, dapat dilihat bahwa dari minggu ke minggu tingkat konsumsi ayam semakin tinggi. Sesuai dengan pendapat Anggorodi (1995) yang menyatakan bahwa ayam yang masih berumur rendah/muda, tingkat konsumsinya juga masih rendah. Sedangkan pada ayam yang berumur tinggi, maka tingkat konsumsinya juga akan tinggi, pertambahan bobot badan tergantug dari banyak pakan yang dikonsumsi dan factor lingkungan.
               Pada minggu ke 4, peningkatan bobot badan semakin tinggi dari minggu ke 3. Dengan meningkatnya konsumsi pakan, maka akan meningkatkan bobot badan ayam. Sesuai dengan pendapat Winarto (2000) yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan ayam salah satunya dapat dipengaruhi oleh konsumsi pakan yang diberikan secara adlibitum serta cara pemeliharaannya yang baik dan benar.
               Pada minggu ke 5, konsumsi ayam tersebut relatif sama. Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi yaitu tingkat persaingan. Jika ayam mampu bersaing diantara temannya, maka ayam tersebut dapat mengkonsumsi pakan lebih banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1996) yang menyatakan bahwa ayam yang ukuran badannya relatif kecil dari yang lain, maka ayam tersebut akan kalah bersaing dalam mengkonsumsi pakan.
Konversi Pakan =      Jumlah Pakan Yang diberikan
                                                            Pertambahan Bobot Badan

Tabel 8. Konversi Pakan Masing-masing ayam

Kode Ayam
Konversi Ransum Minggu Ke
0
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
0,899
0,892
1,1
0,99
0,97
1,34
1,25
-
1,04
1,7
1,63
2,23
-
1,51
1,67
1,29
1,85
-
-
1,54
1,38
4,68
-
29,3
1,82
2,26
1,37
-
5,17
2,03
               Pakan yang diberikan pada ayam semakin lama pemeliharaan akan semakin banyak pakan yang dibutuhkan. Konversi pakan merupakan selisih antara konsumsi pakan dengan pertambahan bobot badan ayam. Sesuai dengan pendapat Winarto (2000) yang menyatakan bahwa makanan yang dikonsumsi oleh ternak dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok ayam dan untuk berproduksi bagi ternak itu sendiri.
               Pakan ini untuk memenuhi kebutuhan hidup ayam mulai dari kebutuhan hidup pokok sampai untuk berproduksi. Menurut Rasyaf (1996) bahwa nilai pemberian ransum dan kualitas ransum yang baik adalah dengan melihat pertumbuhan ternak dan keseimbangan asam amino yang ada dalam ransum yang memberikan dampak positif bagi ternak.
               Setelah pemeliharaan ayam selama 5 minggu, maka ayam tersebbut sudah siap untuk dipanen/dipotong. Sebelum pemotongan dilakukan, sebaiknya ayam dipuasakan terlebih dahulu selama beberapa jam supaya tembolok ayam kosong dan akan memudahkan dalam penarikan eosefhagus sewaktu akan mengeluarkan isi perutnya. Menurut Winarto (2000) bahwa ada beberapa istilah pemotongan yaitu koskerstyl (memotong seluruh saluran dileher), modifikasi (memotong vena dan arteri saja), diblaining (merusak otak ayam), dislocatio (dengan memutar kepala) dan decapilation (memotong kepala sampai putus).
               Tahapan setelah dipotong yaitu scalding (direndam dalam air panas suhu 600C selam 1,5 menit) dan dimasukkan kedalam mesin pembersih bulu yang sewaktu mesin dihidupkan disertai dengan penyiraman air. Kemudian dilakukan pengambilan karkas, dengan memotong kepala, kaki dan dikeluarkan isi perutnya. Sesuai dengan pendapat Fadilan (2004) yang menyatakan bahwa karkas unggas yaitu bagian dari tubuh tanpa bulu, kepala, darah, kaki dan organ-oragan dalam kecuali paru-paru dan ginjal. Berikut ini adalah hasil dari pemotongan :





Tabel 9. Berat Karkas Pemotongan
                                                        
Kode Ayam
Bobot Karkas ( gr )
Ayam 1
1614
Ayam 2
1218
Ayam 4
525
Ayam 5
1614

               Dari data diatas, berat karkas tertinggi terdapat pada ayam B.9.2 dan terendah pada ayam B.9.1. Berat karkas ini tergantung pada bobot potong ayam. Jika bobot potong tinggi, maka karkas yang akan dihasilkan juga besar  atau tinggi dan begitu juga sebaliknya. Menurut Rolana (1999) bahwa kualitas dilihat dari beberapa hal, yaitu ketebalan daging, penyebaran lemak merata dibawah kulit, bentuk tulang dada, ada tidaknya bulu-bulu jarum, persendiannya patah atau tidak dan keadaan kulit sobek atau tidak.










V.PENUTUP



5.1 Kesimpulan


            Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa anak ayam yang dipelihara mulai dari umur 1 hari sampai 35 hari mengalami peningkatan pertambahan bobot badan setelah diberi pakan dan minum secara terus menerus.



5.2 Saran


Setelah selesainya laporan praktikum Produksi Ternak Unggas ini sebaiknya mahasiswa dapat memahami hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan tersebut dan penulis mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaannya laporan ini maupun laporan selanjutnya.